Sejak lahirnya Boedi Oetomo, mosaik keragaman tanah air tersebut mulai dipintal dalam ikatan keindonesiaan. Ikatan itu diperteguh lagi ketika pemuda Indonesia berikrar: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Sayangnya, pada periode akhir era Orde Baru dan berlanjut pada era reformasi, pintalan itu seolah tergerai begitu saja dihadapkan kuatnya tuntutan dan desakan egoisme kelompok, daerahismeā¦