Text
Sosiologi Dakwah : Rekontruksi, Rekonsepsi, Revitalisasi, dan Inovasi
Buku sosiologi dakwah rekonsepsi revitalisasi dan inovasi rnSebagai sebuah realitas sosiologis, dakwah adalah keniscayaan yang tak terhindarkan. Perkembangan zaman menuntut cara dakwah yang mesti terus diperbarui tanpa henti. Perlu ada rekonstruksi, rekonsepsi, revitalisasi, dan inovasi agar dakwah yang dilakukan lebih relevan, lebih mengena, dan lebih bisa mengeksplorasi potensi dan kekuatan umat.rnrnMisalnya, bagaimana dakwah dikembangkan melalui media tulisan, tidak melulu mengandalkan pendekatan lisan. Bagaimana tradisi ulama salaf berabad lalu yang banyak menuliskan visi dan pesan dakwahnya ke dalam bentuk buku dibangkitkan kembali sebagai sebuah kesadaran umat.rnrnDi sinilah pentingnya terobosan, inisiasi, dan energi yang luar biasa besar untuk membangun kembali peradaban tulis yang selama ratusan tahun terakhir menghilang dari kesadaran utama umat Islam. Intinya: kita membutuhkan jalan baru dakwah.rnrnDari waktu ke waktu, perkembangan dakwah Islam selalu saja menarik untuk diamati. Dari tahun ke tahun, suasana dakwah Islam tampak semakin semarak saja. Tetapi, dari tahun ke tahun pula, kita menyaksikan betapa hasilnya ‘begini-begini’ saja. Akhir-akhir ini, kita malah menyaksikan betapa bangsa ini telah berubah menjadi bangsa yang brangasan dan mudah “ngamuk”.rnrnOrang tak henti-hentinya bicara tentang masyarakat madani, tetapi pada saat yang bersamaan hampir setiap hari bangsa ini menyakiti bahkan meneteskan darah sesamanya. Apakah yang sesungguhnya sedang terjadi?rnrnPesan dan formula dakwah yang diterapkan para juru dakwah, yang telah terbukti kurang efektif, tidak bisa tidak, harus diganti dengan formula baru yang lebih cocok untuk zaman yang juga baru. Dari telaah sosiologis yang dilakukan atas kenyataan dakwah yang ada di lapangan, setidaknya ditemukan sejumlah problematika yang secara sederhana dapat dirumuskan demikian.rnrnPertama, para mubalig telah sukses menanamkan mental paternalistik di dada umat. Ini barangkali bisa dijelaskan melalui ilustrasi berikut. Syahdan, sebuah panitia peringatan hari besar di sebuah kampung merencanakan untuk mendatangkan seorang mubalig kondang dari kota.rnrnBerhubung yang akan diundang itu mubalig beken, surat lamaran sudah diajukan empat bulan sebelumnya. Menjelang hari “H”, segala sesuatunya dipersiapkan, termasuk, tentu saja, honor sang mubalig yang pasti tidak kecil.rnrn
Tidak tersedia versi lain