Text
Seniman dakwah : potret da'i berwawasan sosio-antropologi
Buku ini diangkat dari riset fenomenologis atas kiprah seorang dai kenamaan Jawa Barat, Kiai Zainal Abidin yang banyak menggunakan pendekatan seni dalam kegiatan dakwahnya. rnrnKematangannya dalam membaca peta sosio-antropologi masyarakat dakwah yang dimasukinya, membuat dirinya bisa diterima di semua strata. Terlebih dengan pendekatan seni yang digunakannya membuat masyarakat lebih mudah menerima setiap pesan dakwah yang dibawakannya. Ketajaman analisis Pak Zainal dalam membongkar penyakit-penyakit sosial yang disajikannya dalam bahasa dakwah ternyata tidak mengurangi dimensi seni yang sesungguhnya merupakan hak milik setiap individu. Bukan hal yang dibuat-buat jika dalam ceramah-ceramah keagamaannya, Pak Zainal selalu memasukkan unsur seni yang berfungsi bukan saja sebagai penyegar suasana, tetapi juga pembungkus substansi ajaran yang bagi sebagian orang masih terasa pahit. Penyampaian ajaran seperti ini pula yang sejak pertama kali Islam memasuki nusantara mulai diperkenalkan para wali, pedagang muslim, dan para penyebar Islam lainnya. rnrnBagi Pak Zainal, pendekatan kultural dalam dakwah seperti ini dipandang relevan terutama karena dakwah bertujuan menanamkan nilai-nilai dan bukan sekadar menginformasikan suatu ajaran. Kata “perubahan” yang melekat pada tujuan dakwah menunjukkan suatu proses menyeluruh meliputi seluruh aspek kehidupan, mulai dari perubahan kognisi, sikap dan perilaku. Oleh karena itu, proses dakwah berlangsung secara terus-menerus (on-going process), menembus zaman dan keadaan. Dakwah menjadi “pribumi” di manapun dan kapanpun sehingga kehadirannya pun tidak bisa diukur secara normatif sebagai wujud yang taken for granted. Melalui proses adaptasi dan dialog-dialog yang bermakna dengan keadaan, usaha dakwah senantiasa menyejarah dalam dataran kultur sesuatu masyarakat. rnrnDi sinilah, Pak Zainal menemukan habitat dakwahnya yang “nyeni” dan “nyunda”, tetapi tetap “nyakola” sehingga mudah diterima masyarakat desa maupun kota. Pak Zainal juga tampak menikmati profesi dai sambil menawarkan pola-pola dakwah yang lebih santun mengajak umat, tetapi tetap bersahabat dengan kebudayaan setempat.
Tidak tersedia versi lain