Text
Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah : Referensi Pengelolaan Perpustakaan Sekolah
Salah satu penyebab terjadinya tragedi pendidikan di Indonesia adalah tidak dijadikannya perpustakaan sebagai bagian yang penting dalam konsep dan proses pendidikan. Perpustakaan hanya dijadikan pelengkap dari institusi sekolah, bukan sebagai mitra pembelajaran. Pendek kata tidak menjadikan perpustakaan sebagai jantung sekolah. Sebagai mana juga fungsi jantung dalam tubuh, begitu pula fungsi perpustakaan dalam sekolah. Ia berfungsi menyalurkan pengetahuan ke seluruh komunitas sekolah murid, guru, dan pegawaidengan instrumen utamanya yaitu membaca. Ada tiga fase untuk membangun sebuah perpustkaan supaya menjadi jantungnya sekolah, yaitu leveling, upgrading, dan improvement. Fase leveling adalah fase penyediaan infrastruktur perpustakaan seperti lokasi, gedung, koleksi, perabot dan peralatan, penerapan sistem informasi manajemen perpustakaan, dan SDM atau pustakawan. Fase upgrading lebih menekankan pada peningkatan kualitas pengelola perpustakaan dan mulai membuat landasan untuk pengembangan koleksi. Untuk itu perlu diadakan pelatihan tingkat lanjut untuk para pengelola perpustakaan (pustakawan) supaya memiliki berbagai macam keterampilan keperpustakaan. Pada fase improvementi perpustakaan sudah benar-benar terintegrasi dengan sekolah. Pada fase ini mulai dimasukan pembelajaran perpustakaan (library skill) pada kurikulum sekolah sebagai muatan lokal (Mulok). Peran perpustakaan sekolah akan menjadi signifikan dalam pembelajaran di sekolah (dalam sistem belajar mengajar). Perpustakaan berubah dari hanya berperan sebagai layanan penunjang (supportive services) menjadi mitra proses pembelajaran, perpustakaan menjadi jantung sekolah.
Tidak tersedia versi lain